Tags

, ,


The Stupid Cupid

Title                       : The Stupid Cupid

Author                  : Choi Chan Yeon/ Yunn Wahyunee

Genre                   : Romance, Fantasy

Length                  : Vignette

Rating                   : General

Casts                     : Go Hye Mi (OC), Chanyeol a.k.a Park Chan Yeol

Support Cast      : Baekhyun a.k.a Byun Baek Hyun, D.O a.k.a Do Kyung Soo

Summary             :

‘Apakah kamu menembakkan panahmu padaku?’ Tanyaku dalam hati, hanya ingin tahu. Dia hanya mengangguk kecil dan terbang kesana- kemari. ‘Cupid babo,’ umpatku, masih dalam hati.

AN                          :

Pertama-tama izinkan author nangis dulu. Hiks! Cup… cup…  cup! Hah… author sudah lega sekarang. Kenapa author menangis? Karena FF ini kalah dalam suatu  even. Tetapi tidak apa-apalah, siapa suruh  buat FF gaje? Author iseng saja ngirim FF gaje ini berharap menang. Author ketinggian mimpi. Oke… cukup curcolnya. FF ini sudah diedit dan sedikit ditambahkan. Selamat membaca!

Warning              :

Typo dan narasi author yang mungkin akan menganggung. Penulisan yang mungkin tidak sesuai EYD.

~eXo~

Akhirnya setelah sekian meter berjalan, aku menjatuhkan diri di sebuah sofa usang yang bertengger di pojok lobby gedung perkuliahanku. Kakiku terasa keram dan pegal-pegal, aku sangat tersiksa. Tatapan kesal dan umpatan di dalam hati aku lontarkan pada benda yang masih melekat di kakiku –high heels biru dengan tinggi 9 sentimeter. Aku menghela napas panjang, berharap dapat meredam rasa pegal di kakiku.

Rrrtrrrt…

Ponselku memanggil dengan kasar dari dalam tas. Sebuah telepon masuk menunggu untuk dijawab. Aku melihat layar ponselku, sebaris nama yang indah menyebabkan senyum terkembang di wajahku.

Yumseo…?” Kataku ragu karena gugup.

Aku mendengarkan dengan seksama setiap kata yang dia –orang yang meneleponku- katakan. Aku tidak mau melewatkan satu kata pun darinya. Setiap suara yang membentuk kata-kata darinya itu  sangatlah berharga. Suara indah itu tidak akan aku lupakan.

Algessoyoe…! Sampai bertemu nanti.” Sambungan telepon terputus.

Paru-paruku kembang kempis, berusaha memompa udara ke seluruh tubuhku. Sekitar 1 menit yang lalu, aku menahan napas saat menjawab telepon. Aku melakukan itu untuk mengontrol detak jantungku yang mungkin saja akan terdengar olehnya dari seberang. Kenapa aku selalu merasa gugup walau hanya mendengar suaranya? Apakah ini semua karena aku menyukainya? Aku rasa hanya itu jawaban yang paling masuk akal.

“Yak…apa yang kamu lakukan sepagi ini?” Sebuah suara yang sangat berat mematahkan senyumanku.

“Apa kamu tidak lihat kalau aku sedang duduk?”  jawabku ketus.

Arayooe… masalahnya sekarang, kenapa senyam-senyum tidak jelas sepeti orang gila begitu?”

Aku memelototinya. “Park ChanYeol, apapun yang aku lakukan bukan urusanmu.”

“Tsk… yoeja yang satu ini tidak penah berbicara dengan halus,” gerutunya.

“Apa kamu bilang?”

“Aku tidak bilang apa-apa. Kajja! Kita sudah terlambat.”

Aku melirik jam tanganku, dan memang kami sudah terlambat. Aku mengerucutkan bibir dan mengikutinya dari belakang. Ada terselip sedikit rasa kesal jika mengingat dia bertindak benar. Ingin sekali aku membantahnya, tetapi apa daya karena dia memang benar.

Tiba-tiba dia membalik badan. “Hey… ponselmu tertinggal”

“Oh?” Aku menoleh ke arah sofa usang itu lagi. “Oh… ponselku.”

Aku berlari kecil kembali ke tempat dudukku tadi. Sebuah ponsel berwarna biru dengan gantungan lucu berbentuk cupid tergeletak disana. Aku memperhatikan cupid kecil itu. Dia seolah mengarahkan anak panah berujung lambang hati itu berwarna merah ke arahku. Aku terkekeh, apakah cupid kecil itu  ingin menembakku dan membuat aku jatuh cinta pada seseorang?

“Aku sudah jatuh cinta, cupid babo,” kataku sambil meraih ponsel itu dan menaruhnya di dalam tasku.

~eXo~

Aku memandangnya tanpa berkedip. Dia sangat tampan siang ini dengan kemeja abu-abu lengan panjangnya. Dia memang selalu tampan, dan akan semakin tampan. Aku mulai menghayal kesana-kemari, membayangkan berbagai hal indah yang ingin aku lakukan dengannya. Seandainya dia menjadi milikku, seandainya dia juga menyukaiku. Aku menghela napas kasar, sampai kapan cintaku bertepuk sebelah tangan?

Aku menggelengkan kepalaku perlahan, menghapus pikiran negatif yang akan menghancurkan moodku. Aku tidak mau hari indahku berakhir dengan keputusasaan dan kegusaran. Aku kembali menatapnya, menikmati setiap senyumannya.  Senyumannya itu selalu menawan. Jantungku selalu  ingin melompat keluar setiap melihat dia tersenyum, tertawa.

“Hahahaha… apa bisa begitu?” Sebuah pukulan yang cukup keras mendarat di pundak  objek yang sejak tadi aku pandangi.

“Aish…” Dia meringgis kesakitan.

Aku memelototi sang pemukul. “Chan Yeol~a… kamu ini!” Kataku kesal dan setengah berteriak. Seenaknya saja dia menyakiti orang yang sangat aku sukai itu.

Mwo?” jawabnya dengan suara beratnya, mengalahkan suaraku.

“Kalau bercanda jangan main pukul dong! Kamu kira tidak sakit?” Aku memukul dia sekuat tenaga.

Dia segera menghindari pukulanku. “Yak… Go Hye Mi! Kenapa kamu yang kesal? Kyung Soo saja tidak masalah.”  Dia memelototiku. “Dasar aneh!”

“Tetapi itu pasti menyakitkan tahu!” Aku tetap ­tidak terima.

Gwaenchanayeo!” Kyung Soo menengahi pertengkaranku dengan Chan Yeol.

“Kenapa kalian ini selalu bertengkar? Seperti Tom dan Jerry saja.” Tambah Baek Hyun –Byun Baek Hyun- yang setahuku adalah sahabat Chan Yeol. Tentu saja temanku juga. “Kalian ada hubungan  spesial, eoh? Cepat mengaku!”

Ania,” jawabku cepat.

Ne!” Chan Yeol juga segera menjawab.

Aku memandanginya dengan heran. Kami berdua  menjawab bersamaan dengan jawaban yang berbeda. Kenapa bisa suaraku dan  dia mengudara bersama-sama?

Baek Hyun terkekeh. “Kalian ini kompak sekali. Apakah kalian pacaran?”

“Mungkin?!” Chan Yeol melirikku dan tersenyum.

Aku merinding melihat kedipan matanya padaku. Aku sambut kedipan matanya itu dengan ekspresi ingin muntah. Kyung Soo dan Beak Hyun tertawa terbahak melihat aku yang seperti jijik terhadap Chan Yeol. Seketika pipiku berubah merah mengetahui Kyung Soo menertawaiku. Bukan karena malu ditertawai, tetapi karena aku bisa membuatnya tertawa.

“Tunggu!” Baekhyun memperhatikanku dengan seksama. “Hye Mi~a… Kamu terlihat berbeda. Ada angin apa ini?”

Nde?” Aku menunduk malu, memperhatikan tiap detail penampilan baruku.

“Biasa saja… dia malah terlihat aneh seperti itu.” komentar pedas sampai di telingaku.

Aku langsung memelototi Chan Yeol yang segera mengalihkan perhatiannya entah kemana. Dia tidak mau menatapku, menerima amarahku. Kepalaku serasa mendidih, aku ingin berteriak dan memukulinya. Pemuda ini memang sangat menyebalkan.

Cham yeppeoyo (sangat cantik)!”

Siapakah yang melontarkan kata-kata itu? Kyung Soo –pemuda yang aku sukai selama ini- mengatakan aku cantik, sangat cantik. Mataku membulat dan menatapnya penuh dengan binar-binar kebahagiaan. Dia tersenyum hangat dan manis padaku. Aku mulai berimajinasi melihat dirinya yang berpendar seperti bohlam dengan kelopak-kelopak bunga sakura yang berguguran di sekitarnya.

“Kyung Soo~a… jangan berbohong lagi. Dia bisa besar kepala.” Chan Yeol melirikku dan mendengus. “Kamu terlalu memujinya.”

Mentalku langsung jatuh mendengar pernyataan Chan Yeol. Kenapa dia selalu senang merebut kebahagiaanku? Aku menatapnya penuh kebencian. Aku serasa ingin membunuhnya dengan tepat memanah jantungnya atau mencekik lehernya sekuat tenaga. Aku mendengus kesal dan mencoba mengabaikannya, memalingkan wajahku ke kanan.

Aku terkejut, mataku membulat bahkan hampir keluar dari sarangnya. Tepat di sebelah kananku sebuah anak panah dengan ujung berbentuk hati berwarna merah terarah ke suatu tempat. Aku menelusuri anak panah itu hingga menuju busurnya dan menemukan sang pemilik panah. Seorang cupid kecil dengan sayap yang juga kecil di punggungnya. Dia sedang melayang di udara.

“Hye Mi~a,” panggilnya.

Aku segera menoleh. “Ne, Kyung Soo~a?  Ada apa?” kataku ragu.

Entah sejak kapan Baek Hyun  dan Chan  Yeol pergi. Sekarang yang tersisa hanya aku dan Kyung Soo. Benar… hanya kami berdua di kursi taman ini. Aku salah tingkah, jantungku  berdetak dengan kencang. Sesuatu menggelitiki pipiku dan ada makhluk berterbangan di dalam perutku.

Gwaenchana? Jangan dengarkan Chan Yeol! Dia memang usil, kamu tahu sendiri kan?”

“Emm… aku tidak pernah memasukkan ucapannya ke dalam hati.” Bohongku.

“Syukurlah,” dia tersenyum. “Aku suka penampilan barumu. Sangat cantik dan terlihat lebih feminim. Tetapi, kamu terlihat terlalu  memaksakan diri.”

Nde?”

Dia tersenyum. “Aku lebih suka Hye Mi apa adanya. Aku tidak tahu kenapa kamu sedikit berubah. Dan sebagai  chingu, aku hanya ingin kamu menjadi dirimu sendiri.”

Aku tertohok dengan ucapan Kyung Soo. Bukan karena inti nasihatnya, tetapi kata ‘teman’ yang terlontar dari mulutnya. Aku hanya teman  baginya, tidak ada yang spesial. Akankah terus seperti ini?

“Hye Mi~a… Kyung Soo~a… sudah waktunya kuliah. Dosen killer itu bisa membunuh kita kalau sampai terlambat,” Chan Yeol berteriak kecil memanggil.

Ne, tunggu aku!” Kyung Soo beranjak dari tempat duduknya. “Kajja, kita harus ke kelas!”

“Emm… Aku akan menyusu,l” jawabku singkat.

Aku hanya menatap kepergian mereka dengan wajah sedih dan kecewa. Hatiku sedikit sakit oleh kata-kata polos Kyung Soo. Seandainya dia tahu perasaanku, apa yang akan dia katakan? Kepalaku tertunduk, mencoba menahan airmata  yang akan  keluar.

Wuss… kepak… kepak!

Aku segera menegakan kepalaku. Aku baru saja mengingat sesuatu yang sempat terintrupsi karena Kyung Soo tadi. Apakah aku baru saja melihat seorang cupid? Mirip seperti gantungan cupid yang ada di ponselku. Sekali lagi aku melirik cupid yang masih terbang di sebelah kananku, bahkan sekarang dia berpindah ke depanku. Dia terlihat berusaha menembak targetnya. Dia sudah mulai menarik tali busurnya. Aku segera menghalanginya.

“Hey…tunggu dulu!”

“Anda menggangu pekerjaanku Agassi,” jawabnya dengan sedikit nada marah.

“Apa yang akan kamu lakukan?”

“Saya akan memenuhi keinginan Agassi, permintaan hati Agassi. Bukankah anda ingin dia mencintai anda? Saya akan mengabulkan itu.”

Jinjayeo?” aku terkejut senang, seperti menang lotre.

“Tentu saja,” dia tersenyum padaku.

“Kamu akan membuat Kyung Soo menyukaiku?” Dadaku terasa akan meledak karena senangnya.

“Do Kyung Soo? Namja berambut pendek dan berkemeja abu-abu itu?”

Ne,” jawabku antusias. Rasa kecewa dan putus asa yang tadi sempat memenuhi pikiranku telah aku buang jauh-jauh.

“Bukan namja yang berjalan di sampingnya? Namja yang paling tinggi itu?”

Mwo? Park Chan Yeol maksudmu?” Sepertinya ada yang pelu diklarifikasi. “Tentu saja tidak. Dia menyebalkan dan aku membencinya.”

Cupid itu terlihat berpikir, “Apakah saya salah mengartikan keinginan hati Agassi?” Dia mengelus-elus dagunya, “Ini pertama kalinya saya melakukan kesalahan.” Dia masih menganalisa sesuatu sambil bergumam cukup keras, karena aku mendengarnya.

“Apa yang kamu pikirkan? Cepat tembak Kyung Soo sebelum dia pergi terlalu jauh.” Aku mulai tidak sabaran.

“Saya tidak bisa.”

Weo?”

“Saya belum bisa mendapatkan jawaban yang logis atas kekeliruan saya membaca keinginan hati Agassi,” dia menurunkan panahnya. “Kenapa nama yang terdengar di hati Agassi berbeda dengan yang Agassi sebutkan?”

Aku semakin tidak sabaran, apalagi 3 pemuda itu sudah semakin menjauh.“Yak…Cupid babo cepat lakukan atau segera pergi dari hadapanku!” Aku sangat kesal.

“Baiklah jika itu kemauan Agassi, saya pergi!” Dia menghilang begitu saja dalam satu kedipkan mata.

Aku naik pitam sekarang. Mood-ku sudah pecah berkeping-keping dan tidak bisa lagi disatukan. Kenapa semuanya harus Chan Yeol? Cupid bodoh itu juga ingin membuat Chan Yeol jatuh cinta padaku? Lelucon macam apa ini?

“Apakah aku begitu mengasyikkan untuk dipermainkan?” gumamku. “Apakah Cupid babo tadi kenyataan atau khayalanku? Ah… aku tidak peduli”

Aku melipat tangan di atas meja bindar di hadapanku. Selanjutnya aku membenamkan wajahku. Aku mencoba berpikir rasional. Cupid tadi pasti hanya imajinasiku. Tetapi, bagaimana bisa imajinasiku sendiri tidak sependapat denganku? Sepertinya aku mulai gila.

“Ahk… michigaedda!”

~eXo~

‘Lupakan semuanya’, aku kembali memantapkan diri untuk berusaha mendapatkan cinta Kyung Soo. Seperti katanya, dia lebih menyukaiku apa adanya. Jadi beginilah aku hari ini, kembali kepada wujud seorang ‘Go Hye Mi’ yang sesungguhnya. Aku berjalan mantap menuju kelas pertamaku hari ini. Do Kyung Soo, aku datang!

Rasa percaya diriku yang baru saja meluap dan hampir tumpah kemana-mana, dihentikan oleh seseorang yang mengacak-acak rambutku yang hanya sebahu. Park Chan Yeol, dia tertawa cekikikan setelah berhasil membuat rambutku berantakan. Aku hanya melayangkan tatapan benci padanya dan enggan mengeluarkan sepatah kata pun. Dan dia terlihat semakin senang dengan responku itu.

Aku kembali mencoba mengembangkan senyumku ketika sudah mendekati ambang pintu kelas yang akan aku masuki. Baek Hyun dan Kyung Soo sudah standby di tempatnya. Senyumku merekah tanpa paksaan ketika mengetahui bahwa kursi di samping Kyungsoo kosong. Aku harus segera menuju kersi itu sebelum Chan Yeol… Ahhk!

“Aish…!” Aku menghentakkan kakiku kesal.

“Kyung Soo~a… aku duduk dengan mu, eoh?” Chan Yeol mengambil kesempatan emasku.

Aku menatap Chan Yeol kesal. Dia selalu menjauhkan Kyung Soo dariku. Dia tidak pernah tenang melihatku mendekati Kyung Soo atau sebaliknya. Apakah dia menyukai Kyung Soo? Memikirkan itu, bulu  kudukku merinding. Aku harus menyelamatkan Kyung Soo-ku dari pemuda aneh ini.

“Kamu duduk denganku, eoh?” Baek Hyun menawari.

“Oh…ne,” jawabku tanpa mengalihkan perhatian dari Chan Yeol dan Kyung Soo.

“Apa yang kamu lihat?”

Aku segera duduk. “Obsoyeo… aku hanya heran melihat Chan Yeol yang selalu menempel pada Kyung Soo. Mencurigakan sekali!”

“Kamu cemburu?” Godanya.

Ania, hanya aneh saja.”

Baek Hyun terkekeh. “Mereka kan sahabat sejak dulu. Mereka sudah saling kenal sejak SMP, jadi wajar saja mereka dekat.”

“Tetapi apa harus sedekat itu?” Aku memasang wajah jijik.

“Kamu terlalu berlebihan, Hye Mi~a.” Baekhyun tertawa mengejek.

~eXo~

Rrrrrtrrrtrrrt…

Ponselku bergetar, terdapat sebuah pesan masuk. Aku melompat gembira saat membaca nama sang pengirim pesan, ‘Do Kyung Soo’ tercantum jelas di sana. Hatiku berdebar kencang setiap akan memulai membaca pesan darinya. Aku menarik napas perlahan kemudian menghembuskannya dari   mulutku untuk menenangkan diri.

‘Apa kamu sudah makan?’ Begitu isi pesan dari Kyung Soo.

Aku terkejut luar biasa dan ekspresi wajahku pasti sangatlah aneh. Mataku melotot hampir keluar ditambah mulut yang terbuka lebar. Ekspresi wajah terburuk milikku. Aku tidak mempedulikan ekspresi wajah ini, yang paling penting adalah apa yang harus aku tulis di pesan balasanku untuk Kyung Soo.

Aku benar-benar tidak tahu harus melakukan apa. Ini adalah kali pertama Kyung Soo mengirimi aku pesan dan bertanya tentang hal pribadi seperti ini. Sebelumnya dia hanya menghubungiku jika berkaitan dengan tugas kuliah dan masalah perkuliahan lainnya. Lalu sekarang dia menanyakan hal pribadi. Apakah ini rambu-rambu untukku?

‘Aku baru saja selesai makan. Ada apa?’ Balasku ragu.

Rrrrrtttt…

Balasan darinya datang secepat kilat. ‘Apakah kamu ada acara sore ini?’

Aku membaca sampai 3 kali pesan darinya yang satu ini. ‘Aku rasa tidak.’

30 detik kemudian, dia membalas pesanku. ‘Kalau begitu kamu tidak keberatan makan malam denganku?’

Mwo?” Teriakku reflex. Sepasang kekasih yang juga sedang menunggu bis denganku terlonjak kaget. “Mianhae,” kataku sambil menganggukkan kepalaku kecil.

‘Aku mau dengan senang hati.’ Balasku tanpa ragu.

‘Aku tunggu di Restoran F, eoh?’

~xXx~

Restoran F, tidak sulit menemukan restoran elit nan mewah ini. Aku sempat tidak percaya Kyung Soo mengajakku makan malam dan di tempat mewah seperti ini. Khusus untuk malam ini dan untuknya, aku berdandan dengan sesempurna mungkin. Aku bahkan memohon pada kakak perempuanku untuk mendandaniku dan meminjamkan gaun terbaiknya.

Ketika aku baru melangkahkan kaki memasuki restoran itu, seorang pelayan menyambutku. Dia menanyakan keperluanku. Tidak butuh banyak bertanya lagi, dia menawarkan diri untuk mengantarku menemui seseorang yang telah menungguku. Aku sangat gugup sekarang. Apakah Kyung Soo akan menyatakan perasaannya padaku? Beberapa detik kemudian, rasa gugup itu sudah terbang tertiup angin topan. Seseorang sedang menunggu sendirian di sebuah ruangan, dan dia bukan Kyung Soo.

“Apa yang kamu lakukan disini?”  kataku ketus ketika sudah berhadapan dengannya.

“Oh… Kamu datang juga?” Chan Yeol menyambutku dengan senyum  menyebalkannya itu, maksudku –sedikit- menawan itu. “Silahkan duduk!”

“Yak…Park Chan Yeol, kamu…?” Aku kehabisan kata-kata.

Ruangan yang awalnya gelap gulita dan hanya diterangi beberapa cahaya lilin di atas meja, berubah indah  dengan berbagai bohlam warna-warni yang menyala di lantai restoran. Aku lebih terkejut ketika menyadari bohlam itu membentuk sebuah kata.

“Aku menyukaimu, Go Hye Mi,” ungkap Chan Yeol tanpa basa-basi.

Aku memutar bola mataku. Suasana seketika berubah canggung. “Tidak bisakah kita makan dulu sebelum memulai mengungkapkan perasaanmu?” aku untuk pertama kalinya terbata-bata berbicara dengan Chan Yeol.

“Baiklah!” Dia tertawa kecil. Apakah dia tidak malu?

Menit- menit berikutnya berjalan hanya sebatas makan malam. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutku maupun Chan Yeol. Sesekali aku mencuri pandang, melihat ekspresi wajahnya. Dia masih saja tersenyum, bahkan tersenyum manis. Aku masih memandanginya, dan dia memergokiku lalu mengedipkan matanya.

“Ihk…,”  kataku kesal.

“Apakah kamu sudah selesai?”

Aku mengangguk sekuat tenaga. “Ne… gomawo. Aku bisa pulang sekarang?”

Saranghae?!” setangkai bunga mawar merah terulur ke arahku.

“Tsk…” Tawaku mengejek.

Saranghamnida!!” Kini sebuquet bunga mawar merah terarah padaku.

“Mana Kyung Soo?” Aku mencoba untuk tidak merasa senang dengan perlakuannya ini. “Apakah dia memintamu untuk menggantikannya?”

“Aku yang mengirimu pesan.” dia menurunkan buquet bunga mawar itu dan menunjukkan wajahnya yang –lumayan- tampan. “Jadi, maukah kamu menerima cintaku?” sambungnya.

“Jangan mempermainkanku, Park Chan Yeol-ssi! Aku sedang tidak ingin bercanda denganmu.” Aku mendengus kesal. “Apa maksudmu mengirimiku pesan dengan ponsel Kyung Soo?”

Dia tertawa kecil. “Karena kamu pasti akan membalasnya dan kemudian memenuhi ajakanku.”

Mwoya? Kamu memang keterlaluan!!” aku sangat marah. Sesuatu seperti mencekik tenggorokanku, mataku begitu perih.

Chan Yeol menghentikan tawanya melihatku yang sepertinya akan menangis. “Mianhae,” suaranya terdengar tulus.

“Aku pergi! Gomawo atas makan malamnya!”

Aku beranjak dari tempat dudukku dan melangkahkan kaki menuju pintu keluar. Tepat ketika aku melewati sisi Chan Yeol, sesuatu menahanku. Dua buah tangan melinggar di pundak, menahan aku untuk tidak pergi. Aku yang terkejut hanya terdiam. Hembusan napas yang hangat mencapai puncak kepalaku.

Mianhae… mungkin  selama ini aku selalu membuatmu kesal. Aku lakukan itu hanya untuk menyembunyikan perasaanku padamu. Aku tahu kamu sangat menyukai Kyung Soo, dan aku mencoba mengalah. Tetapi…”

“Chan Yeol~a?” Hanya itu responku atas keterkejutanku ini.

Dia mempererat pelukannya. “Tetapi, aku sama sekali tidak sanggup. Aku tidak lagi sanggup meredam hatiku yang sangat menginginkanmu. Mianhae, jeongmal saranghae.”

Deg… deg… deg!

Detak jantungku terasa tidak menentu. Udara disekitarku terasa menipis. Letupan-letupan kecil menganggu di dalam perutku. Apa yang terjadi padaku? Hembusan napas Chan Yeol di puncak kepalaku  membuat tubuhku melemas. Pipiku mulai memanas dan memerah. Apa yang sebenarnya terjadi padaku? Kenapa seorang Park Chan Yeol  yang menyebalkan ini bisa membuat aku merasakan sesuatu yang aneh ini?

Saranghae, Go Hye Mi.”  Tambahnya.

Ne,” kata itu terlontar begitu saja dari mulutku. “Maksudku… tentu saja.” Aku semakin aneh.

Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku menerima cintanya?  Aku tidak bisa mengontrol diriku. Apa ada sesuatu dalam makananku? Oh… Tuhan, aku mulai gila.

‘Aku tidak mencintai Chan Yeol, aku mencintai Kyung Soo!’ Teriakku dalam hati.

Gomawo, Hye Mi~a.” Chan Yeol memutar tubuhku perlahan dan segera memelukku erat.

Aku bukannya menolak tetapi malah balas memeluknya. Tubuhku seperti dikontrol seseorang dari jauh. Chan Yeol memelukku semakin erat, tiba-tiba sesuatu terbang di depanku. Cupid bodoh itu? Dia terlihat tertawa bahagia. Aku memelototinya penuh tanda tanya, dan dia hanya tertawa.

‘Apakah kamu menembakkan panahmu padaku?’ Tanyaku dalam hati, hanya ingin tahu. Dia hanya mengangguk kecil dan terbang kesana- kemari. ‘Cupid babo,’ umpatku, masih dalam hati.

Noemu saranghae,” ulang Chan Yeol  sambil melepaskan pelukannya.

Na tto.

Kata-kata itu lagi-lagi meluncur dengan mulus  dari mulutku. Aku hanya bisa menghela napas pasrah. Aku sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi padaku. Tetapi yang pasti adalah otakku menolah keras semua ini sedangkah hatiku entah kenapa bergejolak. Gejolak di hatiku ini sama sekali  tidak bisa aku artikan. Apakah ini pertanda aku juga menyukainya? Jika aku menyukainya, apakah karena Cupid itu? Ahk… Cupid bodoh!

~END~